Senin, 30 September 2013

tercemarnya sungai citarum


TERCEMARNYA SUNGAI CITARUM
Sungai terpanjang di Jawa Barat ini kian hari kian memprihatinkan, dinobatkan sebagai sungai paling tercemar sedunia. Bagaimana tidak sungai yang panjangnya sekitar 269 kilometer terdapat 542 pabrik yang berada dekat sungai tersebut dan hanya 20% saja yang mengolah limbahnya sendiri, sisanya kita ketahui sendiri langsung di alirkan ke anak sungai citarum atau langsung ke sungai citarum secara tidak bertanggung jawab. Padahal sungai ini sangat berperan penting untuk irigasi persawahan bahkan yang lebih penting sungai ini menjadi penyuplai air untuk kebutuhan penghidupan 28 juta masyarakat, , Sungai yang merupakan sumber air minum untuk masyarakat di Jakarta, Bekasi, Karawang, Purwakarta, dan Bandung. Selain limbah pabrik limbah rumah tangga pun berkontribusi terhadap tercemarnya sungai citarum. Dari 542 pabrik 73% adalah pabrik textile dengan limbah cair bahan berbahaya beracun (B3) berkadar tinggi.
Upaya apa yang harus dilakukan untuk mengembalikan sungai citarum bebas dari pencemaran limbah?
Jawab : harus ada pengawasan ketat yang dilakukan oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dan lembaga- lembaga lainnya, dan diberi sanksi yang keras kepada industri atau masyarakat yang masih membuang limbahnya ke anak sungai citarum maupun ke sungai citarum.
1.            Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Sungai terpanjang di Jawa Barat yaitu sungai citarum memiliki banyak kisah dan masalah. Dalam beberapa puluh tahun belakangan kita lebih sering mendengar permasalahan yang timbul karena sungai tersebut, banjir yang disebabkan meluapnya sungai citarum, air yang tidak layak minum akibat tercemar limbah pabrik dan limbah rumah tangga. Sangat kontras karena kita tahu Bandung adalah salah satu kota dataran tinggi di Indonesia, dan sangat bergantungnya puluhan juta masyarakat yang bergantung pada air sungai citarum untuk kebutuhan sehari-hari.
B.     Tujuan
Ø Mengembalikan nilai sejarah sungai citarum yang asri, dan bersih.
Ø Dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tanpa ada bahaya yang ditimbulkan.
2.            Landasan Teori
Sungai Citarum mengalir dari hulu di daerah Gunung Wayang, di sebelah selatan kota Bandung menuju ke utara dan bermuara di Kerawang. Dengan panjang sekitar 225 kilometer, Citarum merupakan sungai terpanjang di Jawa Barat. Catatan sejarah menunjukkan bahwa Citarum mengalami sejarah yang tak kalah panjang dan berliku.
a.    Sekilas Sejarah
Kata Citarum berasal dari dua kata yaitu Ci dan Tarum. Ci atau dalam Bahasa Sunda Cai, artinya air. Sedangkan Tarum, merupakan sejenis tanaman yang menghasilkan warna ungu atau nila. Pada abad ke-5, berawal hanya dari sebuah dusun kecil yang dibangun di tepi sungai Citarum oleh Jayasinghawarman, lambat laun daerah ini berkembang menjadi sebuah kerajaan besar, yaitu Kerajaan Tarumanegara, kerajaan Hindu tertua di Jawa Barat. Dari dahulu hingga sekarang, Citarum memainkan peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama masyarakat di Jawa Barat. Dahulu kala, Citarum menjadi batas wilayah antara dua kerajaan yaitu Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda (pergantian nama dari Kerajaan Tarumanegara pada tahun 670 Masehi). Fungsi Citarum sebagai batas administrasi ini terulang lagi pada sekitar abad 15, yaitu sebagai batas antara Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten.
Sampah di Sungai Citarum, Jawa Barat
2.1  kondisi sungai citarum
3.            Analisa dan Pembahasan
Dataran tinggi Bandung yang sekaligus merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Hulu meliputi luas 228.670 hektare (ha) yang terdiri atas hutan 48.180 ha, perkebunan 39.430 ha, lahan kering 30.690 ha, sawah 73.200 ha, dan lain-lain 37.170 ha. Daerah ini memiliki bentang alam yang bergunung-gunung dengan variasi ketinggian 700-3.019 meter, sekaligus merupakan daerah yang memiliki curah hujan relatif cukup tinggi, antara 1.500-3.700 mm dan hari hujan tahunan berkisar antara 108-152 hari.
Dengan mempertimbangkan kondisi lahan tersebut, DAS Citarum Hulu seharusnya membutuhkan penanganan yang sungguh-sungguh, baik dalam perlakuan lahan pertanian maupun kawasan hutan. Namun, kenyataan di lapangan membuktikan, areal hutan lindung yang mengalami kerusakan bertambah setiap tahunnya.
Sampai awal tahun 2002 misalnya, berdasarkan catatan Dinas Perhutanan dan Perkebunan Kabupaten Bandung menunjukkan, sekitar 11.000 ha kawasan hutan lindung di Bandung Selatan mengalami rusak berat. Bandung Selatan merupakan hulu Sungai Citarum. Sedangkan kerusakan kawasan hutan lindung di bagian utara yang merupakan hulu sejumlah anak Sungai Citarum dan sekaligus daerah konservasi air Kota Bandung meliputi luas 1.756 ha.
Terjadinya perusakan kawasan hutan tersebut bukan hanya mengakibatkan tingginya air limpahan, tetapi juga menambah tingkat pelumpuran (sedimentasi), baik pada Sungai Citarum maupun sejumlah anak sungainya. Selama periode tahun 1980-1982 misalnya, tingkat pelumpuran Citarum Hulu mencapai rata-rata 2,64 mm/tahun. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang rata-rata sekitar 1,68- 2,49 mm/tahun.
4.            Daftar Pustaka
Ø  http://www.indosiar.com/ragam/potensi-sungai-citarum-terhadap-banjir-di-bandung-selatan_21394.htm