TERCEMARNYA SUNGAI CITARUM
Sungai
terpanjang di Jawa Barat ini kian hari kian memprihatinkan, dinobatkan sebagai
sungai paling tercemar sedunia. Bagaimana tidak sungai yang panjangnya sekitar
269 kilometer terdapat 542 pabrik yang berada dekat sungai tersebut dan hanya
20% saja yang mengolah limbahnya sendiri, sisanya kita ketahui sendiri langsung
di alirkan ke anak sungai citarum atau langsung ke sungai citarum secara tidak
bertanggung jawab. Padahal sungai ini sangat berperan penting untuk irigasi
persawahan bahkan yang lebih penting sungai ini menjadi penyuplai air untuk
kebutuhan penghidupan 28 juta masyarakat, , Sungai yang merupakan sumber air minum untuk masyarakat di
Jakarta, Bekasi, Karawang, Purwakarta, dan Bandung. Selain limbah pabrik limbah
rumah tangga pun berkontribusi terhadap tercemarnya sungai citarum. Dari 542
pabrik 73% adalah pabrik textile dengan limbah cair bahan berbahaya beracun
(B3) berkadar tinggi.
Upaya apa yang harus dilakukan untuk
mengembalikan sungai citarum bebas dari pencemaran limbah?
Jawab : harus ada pengawasan ketat yang dilakukan oleh pemerintah
daerah maupun pemerintah pusat dan lembaga- lembaga lainnya, dan diberi sanksi
yang keras kepada industri atau masyarakat yang masih membuang limbahnya ke
anak sungai citarum maupun ke sungai citarum.
1.
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang
Sungai terpanjang di
Jawa Barat yaitu sungai citarum memiliki banyak kisah dan masalah. Dalam
beberapa puluh tahun belakangan kita lebih sering mendengar permasalahan yang
timbul karena sungai tersebut, banjir yang disebabkan meluapnya sungai citarum,
air yang tidak layak minum akibat tercemar limbah pabrik dan limbah rumah
tangga. Sangat kontras karena kita tahu Bandung adalah salah satu kota dataran
tinggi di Indonesia, dan sangat bergantungnya puluhan juta masyarakat yang
bergantung pada air sungai citarum untuk kebutuhan sehari-hari.
B.
Tujuan
Ø Mengembalikan
nilai sejarah sungai citarum yang asri, dan bersih.
Ø Dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat tanpa ada bahaya yang ditimbulkan.
2.
Landasan
Teori
Sungai
Citarum mengalir dari hulu di daerah Gunung Wayang, di sebelah selatan kota
Bandung menuju ke utara dan bermuara di Kerawang. Dengan panjang sekitar 225
kilometer, Citarum merupakan sungai terpanjang di Jawa Barat. Catatan sejarah
menunjukkan bahwa Citarum mengalami sejarah yang tak kalah panjang dan berliku.
a. Sekilas
Sejarah
Kata
Citarum berasal dari dua kata yaitu Ci dan Tarum. Ci atau dalam Bahasa Sunda
Cai, artinya air. Sedangkan Tarum, merupakan sejenis tanaman yang menghasilkan
warna ungu atau nila. Pada abad ke-5, berawal hanya dari sebuah dusun kecil yang
dibangun di tepi sungai Citarum oleh Jayasinghawarman, lambat laun daerah ini
berkembang menjadi sebuah kerajaan besar, yaitu Kerajaan Tarumanegara, kerajaan
Hindu tertua di Jawa Barat. Dari dahulu hingga sekarang, Citarum memainkan
peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama masyarakat di Jawa
Barat. Dahulu kala, Citarum menjadi batas wilayah antara dua kerajaan yaitu
Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda (pergantian nama dari Kerajaan Tarumanegara
pada tahun 670 Masehi). Fungsi Citarum sebagai batas administrasi ini terulang
lagi pada sekitar abad 15, yaitu sebagai batas antara Kesultanan Cirebon dan
Kesultanan Banten.
2.1 kondisi
sungai citarum
3.
Analisa
dan Pembahasan
Dataran
tinggi Bandung yang sekaligus merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Hulu
meliputi luas 228.670 hektare (ha) yang terdiri atas hutan 48.180 ha,
perkebunan 39.430 ha, lahan kering 30.690 ha, sawah 73.200 ha, dan lain-lain
37.170 ha. Daerah ini memiliki bentang alam yang bergunung-gunung dengan
variasi ketinggian 700-3.019 meter, sekaligus merupakan daerah yang memiliki
curah hujan relatif cukup tinggi, antara 1.500-3.700 mm dan hari hujan tahunan
berkisar antara 108-152 hari.
Dengan mempertimbangkan kondisi lahan tersebut, DAS Citarum
Hulu seharusnya membutuhkan penanganan yang sungguh-sungguh, baik dalam
perlakuan lahan pertanian maupun kawasan hutan. Namun, kenyataan di lapangan
membuktikan, areal hutan lindung yang mengalami kerusakan bertambah setiap
tahunnya.
Sampai
awal tahun 2002 misalnya, berdasarkan catatan Dinas Perhutanan dan Perkebunan
Kabupaten Bandung menunjukkan, sekitar 11.000 ha kawasan hutan lindung di
Bandung Selatan mengalami rusak berat. Bandung Selatan merupakan hulu Sungai
Citarum. Sedangkan kerusakan kawasan hutan lindung di bagian utara yang
merupakan hulu sejumlah anak Sungai Citarum dan sekaligus daerah konservasi air
Kota Bandung meliputi luas 1.756 ha.
Terjadinya perusakan kawasan hutan tersebut bukan hanya
mengakibatkan tingginya air limpahan, tetapi juga menambah tingkat pelumpuran
(sedimentasi), baik pada Sungai Citarum maupun sejumlah anak sungainya. Selama
periode tahun 1980-1982 misalnya, tingkat pelumpuran Citarum Hulu mencapai
rata-rata 2,64 mm/tahun. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan periode
sebelumnya yang rata-rata sekitar 1,68- 2,49 mm/tahun.
4.
Daftar
Pustaka
Ø http://www.indosiar.com/ragam/potensi-sungai-citarum-terhadap-banjir-di-bandung-selatan_21394.htm